1.
Manusia Bersifat Unik
Manusia
merupakan mahluk yang bersifat unik meskipun jasmani manusia itu lemah, namun
manusia memiliki akal dan pikiran yang berkembang, hal ini disebabkan manusia
memiliki volume otak yang besar dan juga berkembang dengan demikian manusia
dapat mengembangkan akal dan pikirannya. Manusia juga memiliki kemauan dan
tekat yang kuat sehingga menjadikan manusia mahluk yang tidak mudah menyerah
dengan dengan keadaan hidupnya. Manusia memiliki akal pikiran sedangkan hewan
memiliki insting. Insting adalah
pengetahuan yang sama yang turun secara turun-menurun dan tidak berkembang dan
ini sangat identik dengan kemampuan untuk bertahan hidup. Manusia juga
memiliki bentuk tubuh yang sempurna diantara mahluk hidup lainnya.
Sifat
unik manusia itu adalah kelebihan yang dimiliki manusia seperti Akal pikiran,
Budi (perasaan/hati), kemauan yang keras dan bentuk tubuh manusia yang sempurna
sehingga manusia dapat dikatakan unik di banding mahluk lainnya.
2.
Rasa Ingin Tahu (kuriositas) dan
Akal Budi
Rasa
ingin tahu atau kuriositas pada hewan didasarkan oleh naluri (instinct) atau disebut juga sebagai idle
curiosity. Naluri ini didasarkan pada upaya mempertahankan kelestaraian hidup
dan sifatnya tetap sepanjang zaman. Manusia mempunyai naluri seperti tumbuhan
dan hewan, selain itu juga manusia mempunyai akal-budi sehingga rasa ingin tahu
itu selalu berkembang dan rasa ingin tahu itu tidak dapat terpuaskan. Rasa
ingin tahu mendorong manusia untuk melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan
untuk mencari jawaban atas berbagai masalah yang muncul di dalam pikirannya. Sesuatu
masalah yang telah dapat dipecahkan maka akan timbul masalah lain yang menunggu
pemecahannya, manusia setelah tahu apa
maka ingin tahu bagimana dan mengapa.
Kegiatan untuk mencari pemecahan masalah dapat berupa:
a.
Penyelidikan langsung
b.
Penggalian hasil-hasil penyelidikan
yang sudah pernah diperoleh orang lain
c.
Kerjasama dengan
penyelidik-penyelidik lain yang juga sedang memecahkan soal yang sama atau yang
sejenis.
Kegiatan
yang dilakukan manusia itu kadang-kadang menemukan kegagalan. Tetapi kegagalan
biasanya tidak menimbulkan rasa putus asa, bahkan sering sekali justru
membangkitkan semangat yang lebih menyala-nyala untuk memecahkan persoalan
sehingga menghasilkan penyelesaian yang memuaskan.
Manusia
mampu menggunakan pengetahuan yang telah lama diperoleh untuk dikombinasikan
dengan pengetahuan yang baru menjadi pengetahuan yang lebih baru lagi. Hal yang
demikian terjadi berabad-abad sehingga terjadi akumulasi pengetahuan. Manusia
purba hidup di gua-gua, tetapi berkat pengetahuan yang bertambah terus, manusia
modern bertempat tinggal dalam gedung-gedung yang kokoh dan indah.
3.
Perkembangan Alam Pikiran Manusia
Perkembangan
alam pikiran manusia dapat disebabkan oleh berbagai hal baik berupa ransangan
dari luar maupun dari dalam yang berupa rasa ingin tahu. Manusia yang mempunyai
rasa ingin tahu terhadap rahasia alam mencoba menjawab dengan menggunakan
pengamatan dan penggunaan pengalaman, tetapi sering upaya itu tidak terjawab
secara memuaskan. Pada manusia kuno untuk memuaskan mereka menjawab sendiri.
Misalnya apakah pelangi mereka membuat jawaban, pelangi adalah selendang
bidadari atau kenapa gunung meletus jawabannya karena yang berkuasa marah. Dari
hal ini timbulnya pengetahuan tentang
bidadari dan sesuatu yang berkuasa. Pengetahuan baru itu muncul dari
kombinasi antara pengalaman dan kepercayaan yang disebut mitos. Cerita-cerita
mitos disebut legenda. Mitos dapat diterima karena keterbatasan penginderaan,
penalaran, dan hasrat ingin tahu yang harus dipenuhi. Sehubungan dengan dengan
kemajuan zaman, maka lahirlah ilmu pengetahuan dan metode ilmiah.
Menurut
A. Comte bahwa dalam sejarah perkembangan manusia itu ada tiga tahap, yaitu:
a) Tahap
teologi atau tahap metafisika
b) Tahap
filsafat
c)
Tahap positif atau tahap ilmu
Pada
tahap teologi atau tahap metafisika, manusia menyusun mitos atau
dongeng untuk mengenal realita atau kenyataan, yaitu pengetahuan yang tidak
objektif melainkan subjektif. Mitos ini diciptakan untuk memuasakan rasa ingin
tahu manusia. Dalam alam pikiran mitos, rasio atau penalaran belum terbentuk,
yang bekerja hanya daya khayal, intuisi, atau imajinasi. Menurut C.A, van
Peursen, mitos adalah suatu cerita yang memberikan pedoman atau arah tertentu
kepada sekelompok orang. Pada tahap teologi ini, manusia menemukan identitas
dirinya. Manusia sebagai subjek yang masih terbuka dikelilingi oleh objek yaitu
alam, sehingga manusia mudah sekali dimasuki oleh daya dan kekuatan alam.
Manusia belum mampu memandang objek atau realita dengan inderanya, sehingga
manusia dan alam lebur jadi satu. Lewat mitos, manusia dapat turut serta
mengambil bagian dalam kejadian-kejadian alam sekitarnya, dapat menenanggapi
daya kekuatan alam.
Puncak
pemikiran mitos adalah pada zaman
Babilonia yaitu kira-kira 700-600 SM.
Orang Babilonia berpendapat bahwa alam
semesta itu sebagai ruangan setengah
bola dengan bumi yang datar sebagai lantainya dan langit dan bintang-bintang
sebagai atapnya. Namun yang menakjubkan mereka telah mengenal bidang ekleptika
sebagai bidang edar matahari dan menetapkan perhitungan satu tahun yaitu satu kali matahari beredar
ketempat semula, yaitu 365,25 hari. Pengetahuan dan ajaran tentang orang
Babilonia setengahnya merupakan dugaan, imajinasi, kepercayaan atau mitos
pengetahuan semacam ini disebut Pseudo
science (sains palsu)
Tokoh-tokoh
Yunani dan lainnya yang memberikan sumbangan perubahan pemikiran pada waktu itu
adalah :
a) Anaximander,
langit yang kita lihat adalah setengah saja, langit dan isinya beredar
mengelilingi bumi ia juga mengajarkan membuat jam dengan tongkat.
b) Anaximenes,
(560-520) mengatakan unsur-unsur pembentukan semua benda adalah air, seperti
pendapat Thales. Air merupakan salah satu bentuk benda bila merenggang menjadi
api dan bila memadat menjadi tanah.
c) Herakleitos, (560-470)
pengkoreksi pendapat Anaximenes, justru apilah yang menyebabkan transmutasi,
tanpa ada api benda-benda akan seperti apa adanya.
d) Pythagoras (500
SM) mengatakan unsur semua benda adalah empat : yaitu tanah, api, udara dan
air. Ia juga mengungkapkan dalil Pythagoras
C2 = A2 + B2,
sehubungan dengan alam semesta ia mengatakan bahwa bumi adalah bulat dan seolah-olah
benda lain mengitari bumi termasuk matahari.
e) Demokritos
(460-370) bila benda dibagi terus, maka pada suatu saat akan sampai pada bagian
terkecil yang disebut Atomos
atau atom, istilah atom tetap dipakai
sampai saat ini namun ada perubahan konsep.
f) Empedokles (480-430
SM) menyempurnakan pendapat Pythagoras,
ia memperkenalkan tentang tenaga penyekat atau daya tarik-menarik dan data
tolak-menolak. Kedua tenaga ini dapat mempersatukan atau memisahkan
unsur-unsur.
g) Plato
(427-345) yang mempunyai pemikiran yang berbeda dengan orang sebelumnya, ia
mengatakan bahwa keanekaragaman yang tampak ini sebenarnya hanya suatu duplikat
saja dari semua yang kekal dan immatrial. Seperti serangga yang beranekaragam
itu merupakan duplikat yang tidak
sempurna, yang benar adalah idea serangga.
h) Aristoteles merupakan
ahli pikir, ia membuat intisari dari ajaran orang sebelumnya ia membuang ajaran
yang tidak masuk akal dan memasukkan pendapatnya sendiri. Ia mengajarkan unsur
dasar alam yang disebut Hule. Zat ini
tergantung kondisi sehingga dapat berwujud tanah, air, udara atau api. Terjadi
transmutasi disebabkan oleh kondisi, dingin, lembah, panas dan kering. Dalam
kondisi lembab hule akan berwujud sebagai api, sedang dalam kondisi kering ia
berwujud tanah. Ia juga mengajarkan bahwa tidak ada ruang yang hampa, jika
ruang itu tidak terisi suatu benda maka ruang itu diisi oleh ether. Aristoteles juga mengajarkan
tentang klasifikasi hewan yang ada dimuka bumi ini.
i) Ptolomeus (127-151) SM,
mengatakan bahwa bumi adalah pusat tata surya (geosentris), berbentuk
bulat diam seimbang tanpa tiang
penyangga.
j) Avicenna (ibn-Shina abad 11), merupakan ahli
dibidang kedokteran, selain itu ahli lain dari dunia Islam yaitu Al-Biruni seorang ahli ilmu pengetahuan asli dan
komtemporer. Pada abab 9-11 ilmu pengetahuan dan filasafat Yunani banyak yang
diterjemahkan dan dikembangkan dalam bahasa Arab. Kebudayaan Arab berkembang
menjadi kebudayaan Internasional.
Pada
tahap Filsafat, rasio sudah
terbentuk, tetapi belum ditemukan metode berpikir secara objektif. Pada tahap
filsafat ini manusia mencoba mempergunakan rasionya untuk memahami objek secara
dangkal, tetapi objek belum dimasuki secara metodologis yang definitif.
Perkembangan alam pikiran manusia merupakan suatu proses, maka manusia tidak
puas dengan pemikiran ini, sehingga berkembang ke dalam tahap positif atau tahap ilmu. Dalam tahap positif atau tahap ilmu ini, rasio sudah
dioperasikan secara objektif. Manusia menghadapi objek dengan rasio.
0 komentar:
Posting Komentar